Senin, 14 November 2016

PENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) PADA LANSIA


PENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) PADA LANSIA
Opi Priagung Haeryana
(344070.15086)

ABSTRAK
Aktivitas motorik dari fungsi sistem pergerakan diatur oleh saraf. Tulang, Sendi, dan otot yang terbentuk saling menunjang dalam suatu kerja sama untuk melakukan suatu kegiatan dan pergerakan. Perubahan kesehatan dapat terjadi pada semua orang tetapi pada kecepatan yang berbeda dan tergantung keadaan dalam kehidupan.
Setelah berusia lanjut, sejumlah perubahan fisik pada seseorang; sebagian ada yang jelas terlihat, dan sebagian lagi tidak. Secara umum, massa tubuh tanpa lemak berkurang dan jumlah jaringan lemak meningkat sampai sekitar usia 60 tahun. Massa tulang berkurang. Jumlah cairan ekstaseluler tetap, tetapi jumlah cairan intraseluler menurun dan berakibatkan pada berkurangnya cairan tubuh total. Oleh karena itu, lansia beresiko tinggi mengalami dehidrasi(Eliopoulos, 2001).
KATA KUNCI
Latihan ROM, lansia, fleksibilitas sendi
PENDAHULUAN
Jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2000 sebesar 7,28% dan pada tahun 2020 diperkirakan menjadi sekitar 11,34%. Hasil sensus penduduk pada tahun 2010 menyatakan bahwa Indonesia termasuk ke dalam lima besar Negara dengan jumlah lansia terbanyak di dunia,yakni 18,1 juta jiwa atau 9,6% dari jumlah penduduk. Data BPS tahun 2012 terjadi peningkatan jumlah lansia menjadi 11,2%. Peningkaan proporsi jumlah lansia tersebut perlu mendapatkan perhatian karena kelompok lansia merupakan kelompok beresiko tinggi yang mengalami berbagai masalah kesehatan khususnya penyakit degeratif (Depkes RI, 2012).
Berbagai masalah yang terjadi pada lansia merupakan hal yang fisiologis karena pada kondisi lanjut usia terjadi. Proses penuaan dimana lansia akan mengalami penurunan di berbagai system tubuh. Salah satu penurunan tersebut ada adanya kehilangan total massa tulang progresif yang menyebabkan kemungkinan adanya gangguan pada aktivitas fisik, perubahan hormonal dan reabsorpsi tulang aktual, terjadinya perubahan fungsional otot, yaitu terjadinya penurunan kekuatan kontraksi otot, elastisitas dan fleksibilitas otot, kecepatan waktu reaksi dan relaksasi serta kerja fungsional (Stanley & Beare, 2007).
Pada proses menua biasanya terjadi penurunan produksi cairan synovia pada persediaan dan tonus otot, kartilago sendi menjadi lebih tipis dan ligamentum menjadi lebih kaku serta terjadi penurunan kelenturan (fleksibilitas), sehingga mengurangi gerakan persendian. Adanya keterbatasan pergerakan dan berkurangnya pemakaian sendi dapat memperparah kondisi tersebut (Tortora dan Grabowski, 2003; Wold, 1999).
Penurunan kemampuan musculoskeletal dapat menurunkan aktivitas fisik (physical activity) dan latihan (exercise), sehingga akan mempengaruhi lansia dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (activity daily living/ADL). Latihan dan aktivitas fisik pada lansia dapat mempertahankan kenormalan pergerakan persendian, tonus otot dan mengurangi masalah fleksibilitas (Wold,1999). Range of Motion (ROM) merupakan salah satu indikator fisik yang berhubungan dengan fungsi pergerakan (Easton,1999).Menurut Kozier (2004), ROM dapat diartikan sebagai pergerakan maksimal yang dimungkinkan pada sebuah persendian tanpa menyebabkan rasa nyeri. Latihan ROM merupakan salah satu alternatif latihan yang dapat dilakukan oleh lansia dengan keterbatasan gerak sendi. Latihan ROM dapat dilakukan dengan posisi duduk dan berdiri serta pada posisi terlentang di tempat tidur (Wold, 1999).
Pada survei awal di Panti Wreda Wening Wardoyo Ungaran, lansia yang mengalami keterbatasan gerak dan kelemahan fisik, tidak mengikuti kegiatan senam yang dilaksanakan setiap hari dan tidak melakukan latihan untuk memperbaiki keadaannya. Adanya keterbatasan pergerakan dan berkurangnya pemakaian sendi, dapat memperparah kondisi system muskuloskeletal yang mengalami penurunan karena proses menua (Tortora dan Grabowski, 2003; Wold, 1999). Menurut Dep.Kes RI (1998), lansia yang kurang mampu melakukan latihan fisik atau olah raga karena sakit dan lemah, dapat melakukan gerakan-gerakan sederhana yang menyerupai senam dan menurut Martini (2004), Latihan ROM baik sebagai persiapan untuk lansia yang lemah fisik dalam permulaan program latihan. Dengan latihan ROM, diharapkan dapat meningkatkan fleksibilitas sendi pada lansia yang mengalami keterbatasan gerak sendi,sehingga lansia dapat menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan lebih mandiri atau latihan yang lebih tinggi seperti latihan senam, oleh karena itu penulis bermaksud mengungkapkan besaran peningkatan fleksibiltas sendi dan kekuatan otot pada lansia setelah melakukan latihan ROM.


BAHAN DAN CARA
Desain penelitian adalah pre dan post test design. Populasi pada penelitian ini adalah lansia yang tinggal di Panti Wreda Wening Wardoyo Ungaran, dengan kriteria inklusinya adalah lansia yang mengalami keterbatasan gerak dan mobilisasi terbatas, kelemahan fisik dan tidak mengikuti kegiatan senam, mengalami penurunan aktivitas (diukur dengan menggunakan Indeks Katz), tidak mengalami kontraktur pada persendian dan tidak mengalami kelumpuhan. Populasi yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 8 lansia. Kriteria eksklusinya adalah mempunyai penyakit pada persendian saat dilaksanakan penelitian dan tidak dapat bekerjasama (tidak mau mengikuti latihan).
Pengukuran fleksibilitas sendi dengan mengukur ROM, menggunakan goniometer merk PASS. Pengukuran fleksibilitas sendi dilakukan sebelum, setelah 3 minggu dan 6 minggu latihan ROM (Norkin and White, 1985).Latihan ROM dilakukan 5 kali dalam seminggu selama 6 minggu. Pada minggu pertama latihan dilakukan sebanyak 5 kali untuk setiap gerakan dan selanjutnya pada minggu kedua dilakukan 6 kali setiap gerakan hingga pada minggu keenam gerakan dilakukan sebanyak 10 kali. Latihan ROM dilakukan pada bidang sagital dengan posisi duduk atau berdiri. Untuk melihat adanya perbedaan peningkatan yang bermakna antara pengukuran pertama dan kedua; kedua dan ketiga; pertama dan ketiga dilakukan uji analisis Wilcoxon Signed Rank Test.
HASIL
a.       Karakteristik subyek
Subyek penelitian sebanyak 8 lansia, berjenis kelamin wanita sebanyak 87,5% dan pria sebanyak 12,5%, semua subyek mengalami keterbatasan gerak > 8 bulan dan penyakit yang di derita subyek adalah osteoporosis, hipertensi dan jantung.
b.      Hasil pengukuran ROM sendi lutut
Tabel 1 Rerata hasil pengukuran ROM sendi lutut
No.
Variable
Rerata (Derajat)
1
2
3
1
Fleksi sendi lutut kanan
93,12
108,75
108,75
2
Fleksi sendi lutut kiri
80,00
111,87
112,00
3
Dalam posisi fleksi(kanan)
22,5
22,5
22,5
4
Dalam posisi fleksi(kiri)
25
25
25

Pada tabel 1, terdapat peningkatan rerata fleksibilitas sendi lutut kanan dan kiri pada pengukuran kedua (setelah 3 minggu latihan ROM) dan ketiga (setelah 6 minggu latihan ROM). Terdapat peningkatan yang bermakna (p 0,005) antara pengukuran pertama dan kedua. Pada pengukuran pertama-ketiga pada fleksi sendi lutut kiri (p 0,001),. Sebanyak 25% subyek penelitian, sendi lutut mengalami posisi fleksi dan tidak ada peningkatan fleksibilitas sendi pada pengukuran kedua dan ketiga.
SIMPULAN
Fleksibilitas sendi lutut kiri pada lansia yang memiliki keterbatasan gerak meningkat setelah melakukan latihan ROM selama 3 minggu sebesar 31,87º dan selama 6 minggu sebesar 35º. Untuk meningkatkan fleksibilitas sendi lutut pada lansia yang memiliki keterbatasan gerak, latihan ROM harus dilakukan 5 kali dalam seminggu minimal selama 3 minggu secara berturut-turut, dengan pengulangan gerakan sebanyak 7 kali untuk setiap gerakan. Untuk mengetahui dampak latihan berbentuk ROM yang lebih komprehensif harus dilakukan latihan ROM pada semua jenis gerakan pada setiap sendi dan dalam jumlah sampel yang besar.


PUSTAKA
Junaidi.Imron,Susi.Wahyuning.Asih,Jurnal Edu Health,VOL.5 No. 1, April, (2015) ;Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum
Kozier,Barbara;Erb,Glenora;Berman,Audrey;Snyder,Shirlee J,(2010),Fundamental Keperawatan:Konsep,Proses,&Praktik,Jakarta;EGC
Panigoro, Eka Sucipto and Mbiomed, Edwina rugaiah monayo and ,(2015) Pengaruh Latihan Range Of Motion (ROM) Aktif Terhadap Luas Rentang Gerak Sendi Tungkai Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Global Telaga Kabupaten Gorontalo. Other thesis, UNG.
Sarah U., Bambang S.,BM Wara K.,(2010), Nurse Media: Journal of Nursing, Diponegoro University
Syaifudin,(2002),Fungsi Sistem Tubuh Manusia,Jakarta;Widya Medika.

Minggu, 13 November 2016

makalah Media Promosi Kesehatan



KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena atas Rahmat dan Karunia-Nyalah, kami selaku penulis makalah yang berjudul “Media Promosi Kesehatan” yang mana makalah ini sebagai salah satu tugas mata kuliah SITK, alhamdulillah dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun sehingga dapat digunakan untuk membantu perbaikan di waktu  mendatang dan atas perhatian dan kerja samanya kami  ucapkan terimakasih.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Serang, 17 Oktober 2016

Penyusun
 













DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. 1
Daftar Isi............................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 3
A.    Latar Belakang....................................................................................... 3
B.     Rumusan Masalah.................................................................................. 4
C.    Tujuan..................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 5
A.    Pengertian............................................................................................... 5
B.     Manfaat Media....................................................................................... 5
C.    Jenis Alat Peraga.................................................................................... 6
D.    Media Cetak............................................................................................ 6
E.     Media Elektronik.................................................................................... 7
BAB III PENUTUP........................................................................................... 9
A.    KESIMPULAN ..................................................................................... 9
B.     SARAN.................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 9
















BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Upaya mewujudkan kesehatan masyarakat di Indonesia terutama dilakukan dengan  melakukan perubahan perilaku kesehatan melalui promosi kesehatan. Promosi kesehatan meliputi kegiatan pendidikan kesehatan disertai pemberdayaan masyarakat. Pendidikan kesehatan memiliki tujuan utama mengubah pengetahuan masyarakat agar terbentuk perilaku sehat sesuai yang diharapkan. Peningkatan pengetahuan kesehatan masyarakat diharapkan memicu sikap mendukung perilaku sehat, bila didukung faktor pemungkin dan pendorong akan membentuk perilaku sehat. Proses pendidikan kesehatan merupakan proses transfer informasi tentang kesehatan yang diharapkan melalui komunikasi. Komponen komunikasi tersusun atas pengirim dan penerima pesan, isi pesan, media dan efek dari pesan.
Media sebagai saluran informasi merupakan salah satu komponen penting dalam pendidikan kesehatan. Memilih media sebagai saluran menyampaikan pesan kesehatan dipengaruhi metode yang digunakanMedia pendidikan kesehatan pada hakekatnya alat bantu pendidikan kesehatan. Menurut fungsi sebagai saluran pesan media pendidikan kesehatan dapat dikelompokkan atas media cetak, media elektronik dan media papan (billboard). Beberapa media cetak dikenal antara lain booklet, leaflet, selebaran (flyer), lembar balik (flip chart), artikel atau rubrik, poster dan foto. Media elektronik dapat berupa televisi, radio, video, slide, film strip dan sekarang dikenal internet. Media papan berupa baliho biasanya dipasang di tempat-tempat umum yang menjadi pusat kegiatan masyarakat.Alat peraga yang dipergunakan dalam pendidikan kesehatan dapat berupa alat bantu lihat (visual), alat bantu dengar (audio) atau kombinasi audio visual.
Penggunaan alat peraga memperhatikan tujuan penggunaannya (sederhana dan kompleks), sasaran, tempat dan penggunanya. Dengan memahami komunikasi khususnya alat peraga dan media pendidikan kesehatan diharapkan analis laboratorium mampu menyampaikan informasi kesehatan terutama preventif sehingga timbul perubahan perilaku kesehatan masyarakat agar lebih mendahulukan mencegah penyakit dan meningkatkan derajat kesehatan. Pendidikan kesehatan yang tepat akan mendorong peran analis laboratorium untuk mengajak masyarakat memanfaatkan profesi analis kesehatan bukan hanya pada saat sakit tetapi dimulai dari pencegahan penyakit serta meningkatkan kondisi kesehatannya melalui deteksi dini.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan promosi kesehatan ?
2.      Apakah syarat tercapainya rencana penyuluhan promosi kesehatan yang baik ?
3.      Apakah harapan rencana penyuluhan promosi kesehatan ?
4.      Bagaimana langkah dalam perencaan penyuluhan promosi kesehatan ?
C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui defenisi promosi kesehatan
2.      Untuk mengetahui syarat tercapainya rencana penyuluhan promosi kesehatan yang baik
3.      Untuk mengetahui harapan rencana penyuluhan promosi kesehatan
4.      Untuk mengetahui langkah dalam perencaan penyuluhan promosi kesehatan























BAB II
PEMBAHASAN
A.         Pengertian
Yang dimaksud dengan alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh petugas dalam menyampaikan bahan, materi atau pesan kesehatan. Alat bantu ini lebih sering disebut sebagai alat peraga karena berfungsi untuk memperagakan sesuatu di dalam proses promosi kesehatan
Media pendidikan kesehatan disebut juga alat peraga karena berfungsi membantu dan memeragakan sesuatu dalam proses pendidikan atau pengajaran. Pembuatan alat peraga atau media mempunyai prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap orang diterima dan ditangkap melalui pancaindera.
Semakin banyak pancaindera yang digunakan maka semakin jelas juga pengetahuan yang didapatkan. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan alat peraga dapat melibatkan indera sebanyak mungkin pada suatu objek sehingga dapat memudahkan pemahaman bagi peserta didik. Pemilihan media promosi kesehatan ditentukan oleh banyaknya sasaran, keadaan geografis, karakteristik partisipan, dan sumber daya pendukung.

B.       Manfaat Media
a.       Menimbulkan minat sasaran.
b.      Mencapai sasaran yang lebih banyak.
c.       Membantu mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman.
d.      Merangsang sasaran untuk meneruskan pesan pada orang lain.
e.       Memudahkan penyampaian informasi.
f.       Memudahkan penerimaan informasi oleh sasaran.
g.      Menurut penelitian 75-87% pengetahuan manusia diperoleh atau disalurkan melalui mata, 13-25% lainnya disalurkan melalui pancaindera lainnya. Oleh karena itu, dalam aplikasi pembuatan media disarankan lebih banyak menggunakan alat-alat visual karena akan mempermudah cara penyampaian dan penerimaan informasi oleh masyarakat.
h.      Mendorong keinginan untuk mengetahui, mendalami dan mendapat pengertian yang lebih baik.
i.        Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh, yaitu menegakkan pengetahuan yang telah diterima sehingga apa yang diterima lebih lama tersimpan dalam ingatan.

C.       Jenis alat peraga
  1. Pembagian alat peraga secara umum
1.      Alat bantu lihat (Visual aids)
Alat ini digunakan untuk membantu menstimulasi indera penglihatan pada saat proses pendidikan. Terdapat dua alat bantu visual, yaitu:
·         Alat bantu yang diproyeksikan seperti slide, OHP, dan film strip
·         Alat bantu yang tidak diproyeksikan misalnya dua dimensi seperti gambar, peta, dan bagan. Termasuk alat bantu cetak dan tulis misalnya leaflet, poster, lembar balik, dan buklet. Termasuk tiga dimensi seperti bola dunia dan boneka.
2.      Alat bantu dengar (Audio Aids)
Alat ini digunakan untuk menstimulasi indera pendengar misalnya piringan hitam, radio, tape, CD.
3.      Alat bantu dengar dan lihat (Audio visual aids)
Alat bantu ini digunakan untuk menstimulasi indera penglihatan  dan pendengaran seperti televisi, film dan video.

D.       Media cetak
·         Buklet, merupakan media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar.
·         Leaflet, merupakan selembar kertas yang terdiri dari 200-400 kata dengan tulisan cetak yang berisi tentang informasi atau pesan-pesan kesehatan. Isi informasi dapat berupa kalimat, gambar atau informasi dapat berupa gambar atau kombinasi.
·         Flyer (selembaran), bentuknya seperti leaflet, tetapi tidak berlipat.
·         Flip chart (lembar balik), merupakan alat peraga yang menyerupai kalender balik bergambar. Lembar balik mempunyai dua ukuran, ukuran besar terdiri dari lembaran-lembaran yang berukuran kecil 38x50 cm. Lembar balik yang berukuran lebih kecil 21x28 cm disebut flip book atau flip chart meja. Lembaran-lembaran ini disusun dalam urutan tertentu dan dibundel pada salah satu sisinya. Dibawah gambar, dituliskan pesan-pesan yang dapat dibaca oleh komunikan.
·         Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas suatu masalah kesehatan atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.
·        Poster merupakan bentuk media yang berisi pesan-pesan singkat atau informasi kesehatan yang biasanya menempel di dinding, tempat-tempat umum atau kendaraan umum dan dalam bentuk gambar. Ukuran poster biasanya sekitar 50-60 cm, karena ukurannya sangat terbatas maka tema dalam poster tidak terlalu banyak biasanya hanya ada satu tema dalam satu poster. Tata letak kata dan warna dalam poster hendaknya menarik. Kata-kata dalam poster tidak lebih dari tujuh kata dan hurufnya dapat dibaca oleh orang lewat dari jarak 6 meter. Biasanya isinya bersifat pemberitahuan atau propaganda. Poster sesuai untuk tindak lanjut dari pesan yang sudah disampaikan pada waktu lalu. Jadi tujuan poster adalah untuk mengingatkan  kembali dan mengarahkan pembaca kearah tindakan tertentu atau sebagai bahan diskusi kelompok.
·        Foto yang mengungkapkan informasi kesehatan.
E.       Media Elektronik.
Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi kesehatan berbeda-beda jenisnya.
Antara lain:
·           Televisi
Penyampaian pesan atau informasi kesehatan melalui media televisi dapat dalam bentuk sandiwara, sietron, forum diskusi atau tanya jawab sekitar masalah kesehatan, pidato(ceramah), TV Spot, kuis atau cerdas cermat, dan sebagainya.
·           Radio
Penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan mealui radio juga dapat bermacam-macam bentuknya, antara lain obrolan(tanya-jawab), sandiwara radio, ceramah, radio spot, dan sebagainya.
·           Video
Penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan dapat melalui video.
·           Slide
Slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi-informasi kesehatan.
·           Film Strip
Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan.


·           Media Papan (Billboard)
Papan  (Billboard) yang dipasang di tempat-tempat umum dapat diisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan. Media papan di sini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan-kendaraan umum (bus dan taksi).





























BAB II
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak, elektronik dan media luar luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatannya.

B.     Saran
Semoga makalah ini dapat dimanfaatkan dalam melaksanakan promosi kesehatan dan penulis berharap makalah ini mendapatkan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo,Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan Dan Prilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta